Assalamu'alaikum Wr. Wb
Ahlan Wasahlan Semuanya, semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan kepada kita semuanya. Amiennn
Dari beberapa pengalaman kami melihat beberapa karakter yang dimiliki oleh seseorang ternyata tidak sedikit orang yang bangga akan dirinya sendiri walaupun secara tidak sadar itu sudah menunjukan rasa takabbur yaitu SOMBONG karena membanggakan diri, mungkin kami paparkan beberapa gambaran tentang sifat SOMBONG (takabbur)
SOMBONG (takabbur) adalah sifat hati yang terkeji (madzmumi) dan merupakan satu daripada penyakit hati yang membawa akibat kebinasaan diri. Pengertian tentang takabur dapat difahami dari maksud beberapa hadist yang berikut:
Ahlan Wasahlan Semuanya, semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan kepada kita semuanya. Amiennn
Dari beberapa pengalaman kami melihat beberapa karakter yang dimiliki oleh seseorang ternyata tidak sedikit orang yang bangga akan dirinya sendiri walaupun secara tidak sadar itu sudah menunjukan rasa takabbur yaitu SOMBONG karena membanggakan diri, mungkin kami paparkan beberapa gambaran tentang sifat SOMBONG (takabbur)
SOMBONG (takabbur) adalah sifat hati yang terkeji (madzmumi) dan merupakan satu daripada penyakit hati yang membawa akibat kebinasaan diri. Pengertian tentang takabur dapat difahami dari maksud beberapa hadist yang berikut:
- Rasulullah bersabda, "Dianggap sebagai takabur itu ialah menolak apa yang benar dan mengaggap hina kepada orang lain". (HR. Muslim).
- Bersabda Rasulullah S.A.W kepada sahabatnya, Abu Dzar : "Takabur itu meninggalkan kebenaran dan engkau mengambil selain kebenaran. Engkau melihat orang lain dengan pandangan bahwa kehormatannya tidak sama dengan kehormatanmu, darahnya tidak sama dengan darahmu".
- Rasulullah S.A.W bertanya kepada sekumpulan Sahabat, "Tahukah kamu, orang gila yang sebenar-benarnya?" Para Sahabat menjawab, "Tidak tahu, ya Rasulullah". Lalu Rasulullah menjelaskan, "Orang gila ialah orang yang berjalan dengan takabur, memandang rendah kepada orang lain, membusungkan dada, mengharapkan syurga sambil membuat maksiat dan kejahatannya membuat orang tidak aman dan kebaikanya tidak pernah diharapkan. Itulah orang gila yang sebenarnya".
Iblis lalu
dilaknat oleh Allah SWT karena sifat takaburnya itu. Sekurang-kurangnya dua
akibat kecelakaan yang menimpa Iblis karena ketakaburnya:
- Ia dimasukkan ke dalam golongan kafir. Allah Taala berfirman: Ia (Iblis) enggan dan menyombong diri (takabbur) dan ia termasuk golongan yang kafir (QS 2:34).
- Ia dimasukkan ke dalam golongan orang yang terhina dan tidak layak tinggal di syurga. Allah berfirman : Turunlah engkau dari syurga itu karena tidak patut (tidak layak) bagimu menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah. Sesungguhnya engkau termasuk orang-orang yang hina. (QS 7:13).
Sifat takabur itu
dapat dikenali dari tutur kata dan tingkah laku bersumber dari lintasan hati
yang mengandung rasa tinggi atau besar diri di samping merendah-kan mertabat
orang lain atau menolak kebenaran.
Mengikut Abu
Yazid: "Seorang hamba itu selama masih mempunyai sangkaan, bahwa antara
makhluk ada orang yang lebih buruk atau lebih jahat amalannya daripada dirinya
sendiri, maka orang itu bersifat takabur". Lalu Abu Yazid ditanya,
"Kapan seseorang itu dapat disebut sebagai bertawadhuk(rendah hati)?"
Abu Yazid menjawab, "Ketika ia tidak tahu bagaimana kedudukan serta
keadaan dirinya sendiri". Lawan sifat takbur itu ialah tawadhuk
(tawadhdhuk atau dhi'ah), yaitu lintasan rasa rendah dan hina diri, termasuk
pernyataan lewat perbuatan dan lisan. Dengan menyuburkan sifat dan sikap
merendah hati dan pasrah kepada Allah, seseorang akan dapat mencegah penyakit
takabur dan juga ujub.
Tawaduk itu adalah
sifat hati yang terpuji (mahmudi). Sifat ini membawa kemuliaan. Orang yang
berkenaan akan mendapat kedudukan (derajat) yang tinggi di sisi Allah.
Rasulullah S.A.W bersabda, mafhumnya : Allah tidak akan memberi tambahan kepada
seorang hamba karena gemar memberi maaf kecuali kemulian, dan tiada seorang pun
yang merendahkan diri karena mengharapkan keridhaan Allah kecuali Allah akan
memberi tingkat yang tinggi kepadanya (HR. Muslim).
Takabur dan
tawaduk masing-masing ada kalanya bersifat umum dan ada kalanya bersifat
khusus. Orang yang merasakan tidak memadai dengan kerendahan atau kesederhanaan
hidupnya dikatakan terjatuh ke dalam Takabur Umum. Sebaliknya, orang yang
merasakan sudah berada dengan keperluan hidup sekadar yang ada, walaupun yang
rendah atau sederhana mutunya, dia termasuk dalam tawaduk umum.
Adapun Takabur
Khusus bersifat tertutup, tidak mau menerima, malah tidak bersedia untuk
menerima kebenaran dari orang lain. Lawannya ialah Tawaduk Khusus yang bersifat
terbuka, sentiasa melatih diri untuk menerima kebenaran tanpa mengira ada orang
yang membawa kebenran itu hina atau mulia.
Untuk
mempertahankan tawaduk umum, kita hendaklah sentiasa menginggati pengalaman
pahit yang pernah menimpa diri kita sejak mula dilahirkan dan senantiasa
menginsafi diri kita sebagai hamba Allah, sekurang-kurangnya sebagaimana yang
dikatakan oleh ulama : "Asal kamu dari setitik mani (nuthfah) yang anyir.
Akhir kamu menjadi bangkai (mayat) yang busuk. Dan, di antara keduanya,
sepanjang hayat, kamu menanggung kekotoran (najis) di dalam perut kamu".
Untuk mempertahan
tawaduk khusus pula kita hendaklah sentiasa mengingati siksaan Allah Taala
sebagai pembalasan, sekiranya kita menyeleweng daripada kebenaran dan
berpanjangan di dalam kebatilan. Berbeda dengan sifat-sifat hati lain yang
hanya mengotori amal ibadah dan memudaratkan perkara "cabang" saja
dalam agama, takabur memudaratkan perkara "pokok", mengotori agama
dan akidah. Sekurang-kurangnya takabur mengakibatkan empat mudharat :
- Terhalang dari mendapat kebenaran dan buta mata hati dalam makrifat terhadap ayat-ayat yang mengandung pengertian tentang hukum dan hikmat Allah. Allah Taala berfirman, mafhumnya: Aku akan memalingkan mereka dari ayat-ayat-Ku orang yang menyombongkan dirinya (takabur) di muka bumi tanpa alasan yang benar. (QS 7:146). Demikianlah Allah menguncikan hati setiap orang yang takabur lagi sewenang-wenang. (QS 40:35)
- Dimurkai dan dibenci oleh Allah Taala, sebagaimana firman-Nya yang bermaksud : Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang yang membesarkan dirinya (takbur). (QS 16:23). Diriwayatkan : Nabi Musa a. s telah bertanya kepada Allah, "Hai, Tuhanku. Siapakah di antara makhluk-Mu yang paling Engkau murkai?". Allah Taala berfirman, mafhumnya: Orang takbur hatinya, kasar lidahnya, terkelip-kelip matanya, bakhil tangannya dan jahat perangainya".
- Mendapat kehinaan dan siksaan di dunia sebelum di akhirat. Bersyair Khatimul-Asham, "Jauhkan dirimu dari mati dalam tiga keadaan, yaitu takabur, loba dan ujub. Sesungguhnya, orang yang takabur itu tidak dikeluarkan oleh Allah Taala dari dunia sehingga dia diperlihatkan dulu penghinaan ke atasnya kepada sekurang-kurangnya keluarganya sendiri. Orang yang loba tidak dikeluarkan dari dunia melainkan setelah merasa sangat memerlukan secuil roti dan seteguk air karena terlalu lapar dan dahaga tetapi tak lalu ditelannya. Dan, orang yang ujub juga tidak dikeluarkan dari dunia melainkan setelah diperlihatkan dirinya bergelimang dengan air kencing dan tahinya sendiri". Gambaran penghinaan di akhirat pula terdapat dalam hadist dari Abu Hurairah r. a. Katanya, Rasulullah bersabda : "Orang-orang yang sombong, keras kepala dan takabur, akan dikumpulkan pada hari kiamat seperti kumpulan semut, dipijak-pijak oleh manusia karena hinanya mereka di sisi Allah Ta'ala".
- Disiksa di akhirat dan dimasukkan ke dalam neraka, sebagaimana firman Allah Taala (tersebut dalam Hadis Qudsi), mafhumnya: Kebesaran itu selindang-Ku dan 'adzmat (keagungan) itu kainku. Sesiapa merebut salah satu daripada yang dua itu, Aku masukkan dia ke neraka Jahannam.
Rasulullah
bersabda : "Tiada akan masuk syurga orang yang ada di dalam hatinya
seberat biji S.A.Wi daripada sifat takabur" (HR. Muslim). Mengikut hadist
yang lain, Rasulullah bersabda: "Wahai Abu Dzar, barangsiapa mati dalam
keadaan hatinya ada sebesar debu sahaja dari sifat takabur, dia tidak akan
tercium bau syurga kecuali bila bertaubat sebelum maut menjemputnya".
Biasanya faktor
yang menimbulkan rasa takbur di hati seseorang itu ialah sesuatu kelebihan atau
keistimewaan yang dimilikinya. Banyak faktornya. diantaranya sebagaimana yang
dilantunkan oleh Imam al-Ghazali, yiaitu : Ilmu, ibadah/amal, keturunan,
kejelitaan atau ketampanan rupa paras, kekayaan harta benda, kekuasaan/kekuatan dan banyak pengikut/kaum keluarga.
Demikianlah, memang sudah jelas sekali, sebagaimana yang telah
berlaku. Iblis menjadi takabur karena faktor keturunannya (asal kejadiannya),
Fir'aun karena kekuasaannya dan Qarun karena hartanya. Jadi, sesiapa yang
memiliki kelebihan atau keistimewaan dalam hal-hal yang tersebut, hendaklah
berhati-hati agar tidak terhanyut di lautan ghaflah atau menjadi lupa daratan
sehingga hatinya dihinggapi penyakit takabur. Wallahu a'lam.
Ahhamdulillah, semoga artikelnya bisa memberikan manfaat buat para pembaca semuanya
Wassalamu'alaikum Wr. Wb
Ahhamdulillah, semoga artikelnya bisa memberikan manfaat buat para pembaca semuanya
Wassalamu'alaikum Wr. Wb
Post a Comment